BUDIDAYA ILES ILES
Mereka yang lahir tahun 1930an (umur 70an), pasti masih ingat, bagaimana pada tahun 1942 sd. 1945 balatentara Jepang mengerahkan penduduk Indonesia (Hindia Belanda) untuk mengumpulkan umbi iles-iles (porang). Kalau ada yang keliru menyusupkan umbi acung ke dalam tumpukan iles-iles itu, maka tentara Jepang akan menempeleng, menendang atau menggebuk dengan gagang bedil. Sebab secara sepintas, umbi acung memang beda dengan iles-iles. Kulit umbi acung mulus dan berwarna putih agak kebiru-biruan. Kulit iles-iles kasar berbintil-bintil dan berwarna cokelat tanah. Daging umbi acung putih, sementara iles-iles oranye cerah. Demikian pentingnya iles-iles bagi tentara Jepang, karena dari umbi ini bisa dihasilkan tepung glukomanan bahan konyaku dan shirataki.
>
> Konyaku dan shirataki adalah makanan khas Jepang. Bentuk konyaku mirip tahu. Cara mengonsumsinya bisa dengan memotong-motongnya berbentuk kubus, atau segi empat sama sisi (balok) memanjang. Sementara shirataki berbentuk "bihun" dengan bahan glukomanan. Warna konyaku dan shirataki kecokelatan, agak transparan dan teksturnya kenyal. Di Indonesia, menu konyaku dan shirataki bisa dijumpai di restoran-restoran jepang papan atas. Rasanya memang lezat dan sangat khas. Beda dengan spageti atau kwetiaw atau bihun biasa. Aslinya, menu jepang prestisius ini, dihasilkan dari umbi konyak (Amorphophallus konjac, devil's tongue, voodoo lily, snake palm, elephant yam), yang hanya bisa hidup di kawasan sub tropis. Selain dari umbi konyak, konyaku juga bisa dihasilkan dari umbi iles-iles/porang (Amorphophallus muelleri), yang berhabitat di kawasan tropis. Umbi konyak maupun iles-iles, sama-sama mengandung glukomanan.
>
> Di dunia ini ada sekitar 90 spesies Amorphophallus. Namun yang paling banyak dibudidayakan hanyalah Amorphophallus paeoniifolius (suweg) yang merupakan salah satu umbi paling besar di dunia, Amorphophallus konyak (umbi konyak), dan Amorphophallus muelleri (iles-iles/porang). Acung yang mirip dengan iles-iles adalah Amorphophallus variabillis. Di tanah Sunda acung disebut cocoan oray. Di Jawa Tengah namanya walur serta di Madura disebut subeg leres. Penampilan umbi suweg, acung, dan iles-iles sangat berbeda. Umbi suweg berukuran paling besar (40 cm), menyusul iles-iles (20 cm) dan paling kecil acung (10 cm). Kalau warna daging umbi iles-iles jingga (oranye) maka acung berwarna putih dan suweg kuning. Kulit umbi acung halus sementara suweg dan iles-iles kasar berbintil-bintil tunas.
>
> Bintil-bintil tunas, bahkan kadang berupa umbi anak pada iles-iles dan suweg, merupakan alat reproduksi untuk membentuk individu tanaman baru. Umbi acung halus, karena tumbuhan ini berkembang biak dari biji. Sementara suweg dan iles-iles tidak pernah menghasilkan biji. Bintil-bintil anakan umbi, malahan juga terdapat pada tiap titik percabangan tulang daun pada tanaman iles-iles. Adanya umbi pada tulang daun inilah ciri khas yang membedakan iles-iles dengan suweg. Selain ukuran batang, yang sebenarnya merupakan tangkai daun, juga berbeda. "Batang" suweg bisa berdiameter 10 sampai 15 cm. Sementara diameter "batang" iles-iles hanya 5 sd. 10 cm. dan acung di bawah 5 cm. Warna kulit "batang" suweg berbelang-belang hijau tua dan hijau muda keputihan, dengan ukuran belang lebih kecil namun jarang.
>
> Belang pada batang iles-iles lebih besar dan lebih rapat. Belang pada batang acung lebih kecil dan sekaligus lebih rapat. Bentuk helaian daun serta keseluruhan "tajuk" (payung) suweg dan iles-iles sama, hanya ukurannya yang berbeda. Bentuk helai daun acung lebih lebar, namun dengan ukuran payung yang lebih kecil. Suweg dan iles-iles, baruakan mengeluarkan bunga, ketika pertumbuhan vegetatif telah selesai dan umbi dalam keadaan dorman (istirahat). Acung justru akan terus-menerus berbunga pada saat tanaman masih dalam pertumbuhan vegetatif. Bunga suweg dan iles-iles, akan segera membusuk tanpa menghasilkan buah/biji. Bunga acung selalumenghasilkan buahdan biji. Buah acung berupa butiran sebesar biji jagung,menempel pada "tongkol" bunga. Butiran buah ini berwarna hijau ketika muda dan akan menjadi kuning serta merah cerah ketika masak. Melalui biji inilah acung berkembangbiak.
>
> Budidaya iles-iles di Indonesia (Jawa), selama ini dilakukan masyarakat secara tumpangsari dengan jagung pada lahan bekas tebangan jati. Benih iles-iles biasanya berupa anakan umbi sebesar telur puyuh dan telur ayam. Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan yang biasanya jatuh pada bulan Oktober. Pada bulan Januari, jagung akan dipanen. Iles-iles akan terus dibiarkan tumbuh di lahan bekas jagung tersebut sampai pada bulan Juli saat tanaman mati dan umbi mengalami masa dorman. Ukuran umbi akan membesar sampai diameter 10 cm. Umbi umur satu tahun ini belum layak untuk dipanen, karena masih terlalu kecil. Pada musim tanam tahun berikutnya, penanaman jagung dilakukan seperti biasa dan umbi iles-iles akan menumbuhkan individu tanaman baru. Pada awal musim kemarau tahun kedua ini, umbi iles-iles sudah bisa dipanen.
>
> Sejak panen perdana, untuk selanjutnya tidak perlu dilakukan penanaman baru. Sebab tunas umbi induk, anakan umbi bahkan kulit kupasan iles-iles yang ditimbun tanah, akan menumbuhkan tanaman baru pada awal musim penghujan. Pada saat itu biasanya benih jati juga sudah ditanam dan mulai rimbun. Iles-iles merupakan tanaman umbi-umbian yang justru akan tumbuh bagus di bawah tegakan jati. Hingga hutan jatitersebut, setiap tahunnya akan selalu menghasilkan penen umbi iles-iles. Dengan penanaman secara monokultur, umbi iles-iles yang dihasilkan bisa mencapai 30 ton per hektar per tahun. Dibawah tegakan jati, hasilnya memang hanya sekitar 10 ton. Namun budidaya iles-iles di bawah tegakan jati ini sangat menguntungkan, karena tanpaharus mengolah lahan, mengeluarkan biaya benih, penanaman, penyiangan dan lain-lain.
>
> Praktis yang dilakukan oleh petani setiapmusim kemarau adalah memanen umbi dengan cara menggali dan membongkar "bekas" tanaman iles-iles yang telah mati atau menguning. Di sini akan terdapat umbi utama danumbi anak. Umbi utama berukuran diameter sekitar 20 cm. inilah yang dipanen dengan cara mengambil tunas utamanya, dan mengupas kulitnya. Potongan tunas utama selanjutnya ditaruh terbalik dalam lubang galian tersebut, berikut kulit umbi dan anak umbi. Semuanya ditimbun dengan tanahbekas galian. Nanti pada bulan Oktober, ketika hujan turun, potongan tunas umbi utana, kupasan kulit dan anakan umbi akan menghasilkan individu tanaman utama yang dikelilingi oleh tanaman lain yang lebih kecil. Para petani biasanya memencarkan umbi anak ini agak jauh dari tanaman utama.
>
> Demikianlah setiap tahun, secara rutin para petani iles-iles di lahan jati Perhutani melakukan pekerjaannya. Hingga meskipun panen iles-iles hanyakurang dari 10 ton per hektar, dengan harga umbi hanya sekitar Rp 300,- per kg, petani masih memperoleh keuntungan. Sebab biaya produksi hanyalah berupa ongkos panen sekaligus penanaman kembali. Pada penanaman perdana, petani memang mengeluarkan biaya pengolahan lahan dan penanaman. Namun pengolahan lahan pada penanaman perdana ini, sepenuhnya menjadi beban tanaman jagung. Hingga praktis, tanaman iles-iles sebenarnya hanyalah sekadar "menaumpang" pada jagung dan kemudian jati. Umbi iles-iles yang dipanen, harus segera diolah menjadi tepung glukomanan. Caranya, umbi yang telah dikupas itu segera dicuci dan diiris menjadi belahan setebal 0,5 sd. 0,7 cm.
>
> Irisan umbi iles-iles tersebut, perlu direndam dalam larutan garam 5% atau sodium metabisulfit untuk menghilangkan kalsium oksalat dan alkaloid yang bisa menimbulkan rasa gatal dan rasa pahit, sekaligus untuk bleaching (pemutihan). Setelah perendaman sekitar 1 menit, irisan umbi segera dikeringkan dengan penjemuran. Karena panen umbi iles-iles selalu terjadi pada awal musim kemarau, maka pengeringan "keripik" iles-iles dengan penjemuran hampir tidak pernah mengalami kendala. Untuk mencapai tingkat kekeringan dengan kadar air antara 8 sd. 12 %, diperlukan penjemuran sekitar 3 – 4 hari penuh. Dengan dryer bersuhu 60° C, lama pengeringan sekitar 6,5 jam. Dryer bisa berenergi listrik, minyak bakar maupun bahan bakar limbah (sekam, serbuk gergaji, serasah dll).
> Keripik iles-iles ini selanjutnya ditepungkan dengan ditumbuk maupun digiling dan diayak dengan dengan ayakan 35 mesh atau dengan bantuan blower. Tepungiles-ilesnya akan lolos dari lubang ayakan, sementara glukomanannya yang akan tertinggal dalam ayakan. Glokomanan ini tahan disimpan dalam botol tertutup selama sekitar 4 bulan. Bisa juga langsung diolah menjadi konnyaku atau shirataki. Caranya, 3 gram glukomanan dilarutkan dalam 100 cc. air sambil diaduk dan diberi kapur sirih. Setelah adonan mulai mengeras, segera dicetak membentuk segiempat memanjang (konnyaku) maupun "bihun" (shirataki). Baik konnyaku maupun shirataki masih perlu direndam dalam larutan kapur sirih sekitar 1 menit agar lebih tahan disimpan. Dengan suhu kamar, konnyaku dan shiratakitahan disimpan selama 1 minggu. Namun pada suhu antara 1 sd. 10° C, bahan makanan khas Jepang ini tahan disimpan sampai 1 bulan. Kalau nilai umbi iles-iles hanya Rp 300,-per kg, maka konnaku dan shirataki bisa mencapai harga Rp 20.000,- per kg.
>
> SUMBER KLIPPING: Foragri
>
> Konyaku dan shirataki adalah makanan khas Jepang. Bentuk konyaku mirip tahu. Cara mengonsumsinya bisa dengan memotong-motongnya berbentuk kubus, atau segi empat sama sisi (balok) memanjang. Sementara shirataki berbentuk "bihun" dengan bahan glukomanan. Warna konyaku dan shirataki kecokelatan, agak transparan dan teksturnya kenyal. Di Indonesia, menu konyaku dan shirataki bisa dijumpai di restoran-restoran jepang papan atas. Rasanya memang lezat dan sangat khas. Beda dengan spageti atau kwetiaw atau bihun biasa. Aslinya, menu jepang prestisius ini, dihasilkan dari umbi konyak (Amorphophallus konjac, devil's tongue, voodoo lily, snake palm, elephant yam), yang hanya bisa hidup di kawasan sub tropis. Selain dari umbi konyak, konyaku juga bisa dihasilkan dari umbi iles-iles/porang (Amorphophallus muelleri), yang berhabitat di kawasan tropis. Umbi konyak maupun iles-iles, sama-sama mengandung glukomanan.
>
> Di dunia ini ada sekitar 90 spesies Amorphophallus. Namun yang paling banyak dibudidayakan hanyalah Amorphophallus paeoniifolius (suweg) yang merupakan salah satu umbi paling besar di dunia, Amorphophallus konyak (umbi konyak), dan Amorphophallus muelleri (iles-iles/porang). Acung yang mirip dengan iles-iles adalah Amorphophallus variabillis. Di tanah Sunda acung disebut cocoan oray. Di Jawa Tengah namanya walur serta di Madura disebut subeg leres. Penampilan umbi suweg, acung, dan iles-iles sangat berbeda. Umbi suweg berukuran paling besar (40 cm), menyusul iles-iles (20 cm) dan paling kecil acung (10 cm). Kalau warna daging umbi iles-iles jingga (oranye) maka acung berwarna putih dan suweg kuning. Kulit umbi acung halus sementara suweg dan iles-iles kasar berbintil-bintil tunas.
>
> Bintil-bintil tunas, bahkan kadang berupa umbi anak pada iles-iles dan suweg, merupakan alat reproduksi untuk membentuk individu tanaman baru. Umbi acung halus, karena tumbuhan ini berkembang biak dari biji. Sementara suweg dan iles-iles tidak pernah menghasilkan biji. Bintil-bintil anakan umbi, malahan juga terdapat pada tiap titik percabangan tulang daun pada tanaman iles-iles. Adanya umbi pada tulang daun inilah ciri khas yang membedakan iles-iles dengan suweg. Selain ukuran batang, yang sebenarnya merupakan tangkai daun, juga berbeda. "Batang" suweg bisa berdiameter 10 sampai 15 cm. Sementara diameter "batang" iles-iles hanya 5 sd. 10 cm. dan acung di bawah 5 cm. Warna kulit "batang" suweg berbelang-belang hijau tua dan hijau muda keputihan, dengan ukuran belang lebih kecil namun jarang.
>
> Belang pada batang iles-iles lebih besar dan lebih rapat. Belang pada batang acung lebih kecil dan sekaligus lebih rapat. Bentuk helaian daun serta keseluruhan "tajuk" (payung) suweg dan iles-iles sama, hanya ukurannya yang berbeda. Bentuk helai daun acung lebih lebar, namun dengan ukuran payung yang lebih kecil. Suweg dan iles-iles, baruakan mengeluarkan bunga, ketika pertumbuhan vegetatif telah selesai dan umbi dalam keadaan dorman (istirahat). Acung justru akan terus-menerus berbunga pada saat tanaman masih dalam pertumbuhan vegetatif. Bunga suweg dan iles-iles, akan segera membusuk tanpa menghasilkan buah/biji. Bunga acung selalumenghasilkan buahdan biji. Buah acung berupa butiran sebesar biji jagung,menempel pada "tongkol" bunga. Butiran buah ini berwarna hijau ketika muda dan akan menjadi kuning serta merah cerah ketika masak. Melalui biji inilah acung berkembangbiak.
>
> Budidaya iles-iles di Indonesia (Jawa), selama ini dilakukan masyarakat secara tumpangsari dengan jagung pada lahan bekas tebangan jati. Benih iles-iles biasanya berupa anakan umbi sebesar telur puyuh dan telur ayam. Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan yang biasanya jatuh pada bulan Oktober. Pada bulan Januari, jagung akan dipanen. Iles-iles akan terus dibiarkan tumbuh di lahan bekas jagung tersebut sampai pada bulan Juli saat tanaman mati dan umbi mengalami masa dorman. Ukuran umbi akan membesar sampai diameter 10 cm. Umbi umur satu tahun ini belum layak untuk dipanen, karena masih terlalu kecil. Pada musim tanam tahun berikutnya, penanaman jagung dilakukan seperti biasa dan umbi iles-iles akan menumbuhkan individu tanaman baru. Pada awal musim kemarau tahun kedua ini, umbi iles-iles sudah bisa dipanen.
>
> Sejak panen perdana, untuk selanjutnya tidak perlu dilakukan penanaman baru. Sebab tunas umbi induk, anakan umbi bahkan kulit kupasan iles-iles yang ditimbun tanah, akan menumbuhkan tanaman baru pada awal musim penghujan. Pada saat itu biasanya benih jati juga sudah ditanam dan mulai rimbun. Iles-iles merupakan tanaman umbi-umbian yang justru akan tumbuh bagus di bawah tegakan jati. Hingga hutan jatitersebut, setiap tahunnya akan selalu menghasilkan penen umbi iles-iles. Dengan penanaman secara monokultur, umbi iles-iles yang dihasilkan bisa mencapai 30 ton per hektar per tahun. Dibawah tegakan jati, hasilnya memang hanya sekitar 10 ton. Namun budidaya iles-iles di bawah tegakan jati ini sangat menguntungkan, karena tanpaharus mengolah lahan, mengeluarkan biaya benih, penanaman, penyiangan dan lain-lain.
>
> Praktis yang dilakukan oleh petani setiapmusim kemarau adalah memanen umbi dengan cara menggali dan membongkar "bekas" tanaman iles-iles yang telah mati atau menguning. Di sini akan terdapat umbi utama danumbi anak. Umbi utama berukuran diameter sekitar 20 cm. inilah yang dipanen dengan cara mengambil tunas utamanya, dan mengupas kulitnya. Potongan tunas utama selanjutnya ditaruh terbalik dalam lubang galian tersebut, berikut kulit umbi dan anak umbi. Semuanya ditimbun dengan tanahbekas galian. Nanti pada bulan Oktober, ketika hujan turun, potongan tunas umbi utana, kupasan kulit dan anakan umbi akan menghasilkan individu tanaman utama yang dikelilingi oleh tanaman lain yang lebih kecil. Para petani biasanya memencarkan umbi anak ini agak jauh dari tanaman utama.
>
> Demikianlah setiap tahun, secara rutin para petani iles-iles di lahan jati Perhutani melakukan pekerjaannya. Hingga meskipun panen iles-iles hanyakurang dari 10 ton per hektar, dengan harga umbi hanya sekitar Rp 300,- per kg, petani masih memperoleh keuntungan. Sebab biaya produksi hanyalah berupa ongkos panen sekaligus penanaman kembali. Pada penanaman perdana, petani memang mengeluarkan biaya pengolahan lahan dan penanaman. Namun pengolahan lahan pada penanaman perdana ini, sepenuhnya menjadi beban tanaman jagung. Hingga praktis, tanaman iles-iles sebenarnya hanyalah sekadar "menaumpang" pada jagung dan kemudian jati. Umbi iles-iles yang dipanen, harus segera diolah menjadi tepung glukomanan. Caranya, umbi yang telah dikupas itu segera dicuci dan diiris menjadi belahan setebal 0,5 sd. 0,7 cm.
>
> Irisan umbi iles-iles tersebut, perlu direndam dalam larutan garam 5% atau sodium metabisulfit untuk menghilangkan kalsium oksalat dan alkaloid yang bisa menimbulkan rasa gatal dan rasa pahit, sekaligus untuk bleaching (pemutihan). Setelah perendaman sekitar 1 menit, irisan umbi segera dikeringkan dengan penjemuran. Karena panen umbi iles-iles selalu terjadi pada awal musim kemarau, maka pengeringan "keripik" iles-iles dengan penjemuran hampir tidak pernah mengalami kendala. Untuk mencapai tingkat kekeringan dengan kadar air antara 8 sd. 12 %, diperlukan penjemuran sekitar 3 – 4 hari penuh. Dengan dryer bersuhu 60° C, lama pengeringan sekitar 6,5 jam. Dryer bisa berenergi listrik, minyak bakar maupun bahan bakar limbah (sekam, serbuk gergaji, serasah dll).
> Keripik iles-iles ini selanjutnya ditepungkan dengan ditumbuk maupun digiling dan diayak dengan dengan ayakan 35 mesh atau dengan bantuan blower. Tepungiles-ilesnya akan lolos dari lubang ayakan, sementara glukomanannya yang akan tertinggal dalam ayakan. Glokomanan ini tahan disimpan dalam botol tertutup selama sekitar 4 bulan. Bisa juga langsung diolah menjadi konnyaku atau shirataki. Caranya, 3 gram glukomanan dilarutkan dalam 100 cc. air sambil diaduk dan diberi kapur sirih. Setelah adonan mulai mengeras, segera dicetak membentuk segiempat memanjang (konnyaku) maupun "bihun" (shirataki). Baik konnyaku maupun shirataki masih perlu direndam dalam larutan kapur sirih sekitar 1 menit agar lebih tahan disimpan. Dengan suhu kamar, konnyaku dan shiratakitahan disimpan selama 1 minggu. Namun pada suhu antara 1 sd. 10° C, bahan makanan khas Jepang ini tahan disimpan sampai 1 bulan. Kalau nilai umbi iles-iles hanya Rp 300,-per kg, maka konnaku dan shirataki bisa mencapai harga Rp 20.000,- per kg.
>
> SUMBER KLIPPING: Foragri
KANGKUNG
Beragam olahan kangkung menjadi berkah bagi petani kangkung. Baik yang bergerak di sektor pembibitan maupun pembesaran. Permintaan bibit ini mencapai 4.000 ton per tahun. Tak heran, petani kangkung pun bisa meraup omzet puluhan hingga ratusan juta.
Banyak kudapan yang menggunakan kangkung sebagai bahan baku utama. Sebut saja pecel, sayur asam, atau plecing kangkung. Itulah sebabnya, kangkung bisa dibilang sebagai sayuran yang populer di masyarakat kita.
Tak heran, permintaan kangkung di Indonesia cukup tinggi. Hal ini bisa terlihat dari permintaan benih kangkung cabut, salah satu varian kangkung yang mampu tumbuh cepat.
Joko Patmono, Direktur PT Raja Pilar Agrotama, mengaku bahwa permintaan benih kangkung cabut cukup besar. Tiap bulan, Joko menjual tiga ton benih kangkung cabut. Hampir 80% bibit kangkung itu dia kirim ke petani kangkung di Jawa. Sisanya, Joko jual di seluruh Indonesia.
Raja Pilar menyediakan dua jenis bibit kangkung cabut. Yakni, jenis bambu leaf dan bangkok leaf. Jenis bambu leaf lebih disukai, karena daun dan batangnya ramping. Selain itu, warna daun lebih terang dan berserat halus.
Joko menjual benih bambu leaf Rp 40.000 per kilogram (kg). Sementara, bibit bangkok leaf, yang berdaun lebar dengan serat lebih kasar, dijual dengan harga Rp 30.000 per kg. "Bibit kangkung cabut bambu leaf memang lebih mahal karena banyak dicari," jelas Joko.
Dari usaha penjualan bibit kangkung ini, Joko bisa mendulang omzet lebih dari Rp 133 juta tiap bulan.
Potensi pasar kangkung memang besar. Joko bilang, permintaan bibit sayuran akuatik dari seluruh Indonesia mencapai 4.000 ton per tahun. "Dengan permintaan sebesar itu, potensi keuntungan pun masih terbuka lebar untuk usaha budidaya tanaman sayur ini," tandasnya.
Selain di Jawa, permintaan kangkung yang cukup tinggi juga terjadi di Kalimantan Timur. Hery Romadhon, Ketua Taruna Tani Syifa Herbal di Samarinda, Kalimantan Timur, juga menjual bibit kangkung cabut untuk memenuhi permintaan beberapa kelompok tani di wilayahnya.
Berbeda dengan Joko, Hery tak memproduksi bibit kangkung bangkok leaf secara massal. Kendati demikian, dari penjualan 500 kg benih ini, Hery bisa mendulang omzet Rp 25 juta tiap bulan dengan harga jual Rp 50.000 per kg.
Menurut Hery, kangkung cabut ini banyak dibudidayakan petani di Kalimantan karena harga jualnya yang tinggi. Selain itu, kualitas dan rasa kangkung ini lebih enak dibandingkan dengan kangkung biasa. "Masyarakat di sini menyukai kangkung cabut karena lebih empuk saat dimasak," tuturnya.
Apalagi, masa panen kangkung ini cukup singkat. Kangkung cabut bisa dipanen dalam waktu waktu 25 hari ketika sudah tumbuh setinggi 15 cm. "Dalam satu hektare lahan kangkung cabut, hasil panen petani bisa mencapai sekitar 15 ton per 25 hari," ujar Hery.
Selain bibit , Hery juga mengolah lahan kangkung cabut. Dari usahanya ini, ia bisa memanen hingga 12.000 ikat kangkung per bulan di area tanam yang hanya 625 m2. "Kangkung adalah tipikal tanaman ritasi yang bisa dipetik setiap hari jadi potensinya akan terus ada," jelas Hery.
Ia menjual kangkung ini Rp 1.000 per ikat. Dari panen kangkung cabut ini, Hery pun bisa menambah pundi-pundi uangnya Rp 12 juta per bulan.
Membudidayakan kangkung cabut tidak membutuhkan perawatan intensif. Jika pemupukan sesuai takaran dan tepat waktu, maka kangkung cabut bisa dipanen saat usia 25 hari. Tapi hati-hati dari serangan belalang yang bisa merusak daun kangkung.
Selain menguntungkan, budidaya kangkung cabut ternyata juga tidak merepotkan. Dari benih hingga panen, kangkung cabut tak perlu ada perawatan yang intensif.
Untuk menanam kangkung cabut dimulai dengan menyediakan lahan bertanah gembur. Setelah itu lahan ditaburi pupuk kandang. Untuk satu hektare lahan butuh 200 kilogram (kg) pupuk kandang. "Pupuk kandang adalah asupan terbaik bagi kangkung cabut," kata Joko Patmono, Direktur PT Raja Pilar Agrotama, perusahaan penyedia bibit kangkung di Yogyakarta.
Setelah memberikan pupuk, pembudidaya bisa menaburkan benih berupa biji kangkung cabut. Untuk satu hektare lahan memerlukan sedkitnya 12 kilogram (kg) benih.
Biasanya, toko penyedia bibit kangkung menjual benih kangkung dalam kemasan 1 kg yang berisikan sekitar 15.000 butir benih kangkung cabut. "Benih itu ditabur saat lahan dalam kondisi lembap, karena kangkung adalah jenis tanaman yang suka air," terang Joko.
Setelah tiga hari, benih kangkung itu akan berubah menjadi kecambah. Sampai dengan usia satu minggu, kecambah akan tumbuh setinggi 4 centimeter (cm). Saat usia satu minggu itulah saat yang tepat bagi pembudidaya melakukan pemupukan kedua. "Pemberian pupuk kedua bisa berupa pupuk urea minimal 500 kg untuk satu hektare," jelas Joko.
Menurut Joko, pemberian pupuk tahap dua berguna untuk menunjang pertumbuhan kangkung cabut. Tahap selanjutnya tanaman kangkung cabut tak perlu mendapatkan perhatian khusus, kecuali penyiraman air di waktu pagi, terutama saat musim kemarau. "Kalau musim hujan pembudidaya tidak perlu menyiramnya," ulas Joko.
Senada dengan Joko, Hery Romadhon yang Ketua Taruna Tani Syifa Herbal di Samarinda, Kalimantan Timur, bilang bahwa kangkung cabut adalah tanaman yang tidak mengenal musim dan bisa tumbuh di semua jenis tanah asalkan tanah itu dalam kondisi gembur.
Selain perawatan yang mudah, keunggulan kangkung cabut lainnya adalah tahan terhadap terpaan angin alias tidak mudah roboh.
Selain itu, kangkung cabut juga tidak punya banyak musuh hama penyakit. Hery bilang, musuh utama kangkung hanyalah belalang yang menyerang tanaman kangkung pada bagian daun. "Hama itu bisa diatasi dengan menyemprotkan pestisida," jelas Hery.
Menurut Hery, tingkat kegagalan panen kangkung cabut sangatlah rendah ketimbang sayuran lain. Asalkan mengikuti prosedur tanam dan pemberian pupuk tepat waktu, maka kangkung cabut berkualitas bisa dipanen saat usia 25 hari. "Kangkung cabut termasuk tanaman yang kuat, tetapi harus diawasi agar tumbuh baik," katanya.
Karena waktu usia panen bisa diprediksi membuat pasokan kangkung cabut selalu tersedia di pasaran.
Itulah sebabnya, banyak pemilik restoran, rumah makan, suka menyajikan menu kangkung cabut. Selain itu, pembudidaya bisa memasok ke supermarket. "Wajar jika kangkung cabut mahal karena peminatnya banyak," ujar Joko.
SUMBER KLIPPING: Kontan
Banyak kudapan yang menggunakan kangkung sebagai bahan baku utama. Sebut saja pecel, sayur asam, atau plecing kangkung. Itulah sebabnya, kangkung bisa dibilang sebagai sayuran yang populer di masyarakat kita.
Tak heran, permintaan kangkung di Indonesia cukup tinggi. Hal ini bisa terlihat dari permintaan benih kangkung cabut, salah satu varian kangkung yang mampu tumbuh cepat.
Joko Patmono, Direktur PT Raja Pilar Agrotama, mengaku bahwa permintaan benih kangkung cabut cukup besar. Tiap bulan, Joko menjual tiga ton benih kangkung cabut. Hampir 80% bibit kangkung itu dia kirim ke petani kangkung di Jawa. Sisanya, Joko jual di seluruh Indonesia.
Raja Pilar menyediakan dua jenis bibit kangkung cabut. Yakni, jenis bambu leaf dan bangkok leaf. Jenis bambu leaf lebih disukai, karena daun dan batangnya ramping. Selain itu, warna daun lebih terang dan berserat halus.
Joko menjual benih bambu leaf Rp 40.000 per kilogram (kg). Sementara, bibit bangkok leaf, yang berdaun lebar dengan serat lebih kasar, dijual dengan harga Rp 30.000 per kg. "Bibit kangkung cabut bambu leaf memang lebih mahal karena banyak dicari," jelas Joko.
Dari usaha penjualan bibit kangkung ini, Joko bisa mendulang omzet lebih dari Rp 133 juta tiap bulan.
Potensi pasar kangkung memang besar. Joko bilang, permintaan bibit sayuran akuatik dari seluruh Indonesia mencapai 4.000 ton per tahun. "Dengan permintaan sebesar itu, potensi keuntungan pun masih terbuka lebar untuk usaha budidaya tanaman sayur ini," tandasnya.
Selain di Jawa, permintaan kangkung yang cukup tinggi juga terjadi di Kalimantan Timur. Hery Romadhon, Ketua Taruna Tani Syifa Herbal di Samarinda, Kalimantan Timur, juga menjual bibit kangkung cabut untuk memenuhi permintaan beberapa kelompok tani di wilayahnya.
Berbeda dengan Joko, Hery tak memproduksi bibit kangkung bangkok leaf secara massal. Kendati demikian, dari penjualan 500 kg benih ini, Hery bisa mendulang omzet Rp 25 juta tiap bulan dengan harga jual Rp 50.000 per kg.
Menurut Hery, kangkung cabut ini banyak dibudidayakan petani di Kalimantan karena harga jualnya yang tinggi. Selain itu, kualitas dan rasa kangkung ini lebih enak dibandingkan dengan kangkung biasa. "Masyarakat di sini menyukai kangkung cabut karena lebih empuk saat dimasak," tuturnya.
Apalagi, masa panen kangkung ini cukup singkat. Kangkung cabut bisa dipanen dalam waktu waktu 25 hari ketika sudah tumbuh setinggi 15 cm. "Dalam satu hektare lahan kangkung cabut, hasil panen petani bisa mencapai sekitar 15 ton per 25 hari," ujar Hery.
Selain bibit , Hery juga mengolah lahan kangkung cabut. Dari usahanya ini, ia bisa memanen hingga 12.000 ikat kangkung per bulan di area tanam yang hanya 625 m2. "Kangkung adalah tipikal tanaman ritasi yang bisa dipetik setiap hari jadi potensinya akan terus ada," jelas Hery.
Ia menjual kangkung ini Rp 1.000 per ikat. Dari panen kangkung cabut ini, Hery pun bisa menambah pundi-pundi uangnya Rp 12 juta per bulan.
Membudidayakan kangkung cabut tidak membutuhkan perawatan intensif. Jika pemupukan sesuai takaran dan tepat waktu, maka kangkung cabut bisa dipanen saat usia 25 hari. Tapi hati-hati dari serangan belalang yang bisa merusak daun kangkung.
Selain menguntungkan, budidaya kangkung cabut ternyata juga tidak merepotkan. Dari benih hingga panen, kangkung cabut tak perlu ada perawatan yang intensif.
Untuk menanam kangkung cabut dimulai dengan menyediakan lahan bertanah gembur. Setelah itu lahan ditaburi pupuk kandang. Untuk satu hektare lahan butuh 200 kilogram (kg) pupuk kandang. "Pupuk kandang adalah asupan terbaik bagi kangkung cabut," kata Joko Patmono, Direktur PT Raja Pilar Agrotama, perusahaan penyedia bibit kangkung di Yogyakarta.
Setelah memberikan pupuk, pembudidaya bisa menaburkan benih berupa biji kangkung cabut. Untuk satu hektare lahan memerlukan sedkitnya 12 kilogram (kg) benih.
Biasanya, toko penyedia bibit kangkung menjual benih kangkung dalam kemasan 1 kg yang berisikan sekitar 15.000 butir benih kangkung cabut. "Benih itu ditabur saat lahan dalam kondisi lembap, karena kangkung adalah jenis tanaman yang suka air," terang Joko.
Setelah tiga hari, benih kangkung itu akan berubah menjadi kecambah. Sampai dengan usia satu minggu, kecambah akan tumbuh setinggi 4 centimeter (cm). Saat usia satu minggu itulah saat yang tepat bagi pembudidaya melakukan pemupukan kedua. "Pemberian pupuk kedua bisa berupa pupuk urea minimal 500 kg untuk satu hektare," jelas Joko.
Menurut Joko, pemberian pupuk tahap dua berguna untuk menunjang pertumbuhan kangkung cabut. Tahap selanjutnya tanaman kangkung cabut tak perlu mendapatkan perhatian khusus, kecuali penyiraman air di waktu pagi, terutama saat musim kemarau. "Kalau musim hujan pembudidaya tidak perlu menyiramnya," ulas Joko.
Senada dengan Joko, Hery Romadhon yang Ketua Taruna Tani Syifa Herbal di Samarinda, Kalimantan Timur, bilang bahwa kangkung cabut adalah tanaman yang tidak mengenal musim dan bisa tumbuh di semua jenis tanah asalkan tanah itu dalam kondisi gembur.
Selain perawatan yang mudah, keunggulan kangkung cabut lainnya adalah tahan terhadap terpaan angin alias tidak mudah roboh.
Selain itu, kangkung cabut juga tidak punya banyak musuh hama penyakit. Hery bilang, musuh utama kangkung hanyalah belalang yang menyerang tanaman kangkung pada bagian daun. "Hama itu bisa diatasi dengan menyemprotkan pestisida," jelas Hery.
Menurut Hery, tingkat kegagalan panen kangkung cabut sangatlah rendah ketimbang sayuran lain. Asalkan mengikuti prosedur tanam dan pemberian pupuk tepat waktu, maka kangkung cabut berkualitas bisa dipanen saat usia 25 hari. "Kangkung cabut termasuk tanaman yang kuat, tetapi harus diawasi agar tumbuh baik," katanya.
Karena waktu usia panen bisa diprediksi membuat pasokan kangkung cabut selalu tersedia di pasaran.
Itulah sebabnya, banyak pemilik restoran, rumah makan, suka menyajikan menu kangkung cabut. Selain itu, pembudidaya bisa memasok ke supermarket. "Wajar jika kangkung cabut mahal karena peminatnya banyak," ujar Joko.
SUMBER KLIPPING: Kontan
Cara Agar Kelapa Sawit Berbuah Banyak.
Cara Agar Kelapa Sawit Berbuah Banyak. Bagi semua petani atau pekebun kelapa sawit ingin buah kelapa sawit yang dimilikinya sangat banyak atau sering disebut dengan lebat. Dalam artikel kali ini akan dibahas secara jelas dan gamblang bagaimana cara agar kelapa sawit berbuah banyak. Secara umum kelapa sawit memiliki potensi untuk berbuah yang banyak karena secara morfologi kelapa sawit akan menghasilkan 24 sampai dengan 28 pelepah setiap tahun dan setiap pelepah akan menghasilkan satu bunga tinggal apakah bunga tersebut jantan atau betina. Tetapi jika kita melihat ini kita sudah mengerahui bahwa potensi kelapa sawit berbuah banyak sudah ada tinggal bagaimana cara agar harapan kita tersebut tercapai. Karena berkebun sawit memiliki banyak keuntungan.
Artikel ini konsultasisawit buatkan karena kemarin ada yang berkonsultasi : bagaimana cara agar kelapa sawit berbuah banyak? Jadi supaya jawabannya dapat di mengerti semua orang maka akan kami jabarkan dalam posting berjudul cara agar kelapa sawit berbuah banyak ini. Nah .... Sekarang kita akan bahas bagaimana cara agar buah kelapa sawit banyak. Potensi kelapa sawit saat ini sangat baik. Seperti kalimat pembuka diatas bahwa kelapa sawit memiliki potensi yang cukup besar untuk berbuah banyak karena memiliki 24 sampai dengan 28 pelepah pertahun dan setiap pelepah memiliki potensi untuk menghasilkan bunga betina jadi potensi maksimal kelapa sawit adalah 24 sampai dengan 28 janjang pertahun. Cara agar potensi tersebut dapat dicapai adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan Bibit atau Benih Unggul Saat ini telah banyak benih unggul yang tersedia dengan potensi yang cukup besar jadi untuk mendapatkan buah kelapa sawit yang banyak maka anda wajib untuk menggunakan benih kelapa sawit yang unggul jika tidak maka harapan anda untuk memiliki kelapa sawit dengan buah yang banyak tidak akan pernah tercapai.
2. Seleksi Bibit Kelapa Sawit yang benar Untuk mendapatkan produksi kelapa sawit yang optimal maka anda harus melakukan yang namanya seleksi bibit sehingga semua bibit yang ditanam di kebun adalah bibit yang paling baik karena jika bibit tersebut tidak normal biasanya tidak akan menghasilkan produksi yang baik.\ Bibit kelapa sawit yang harus di seleksi adalah : 1. Bibit Kerdil 2. Bibit Abnormal 3. Bibit rolled leaf ( daun terpuntir) 4. Daun Semai Menggulung (Twisted Leaf) 5. Semai "Collante" 6. Semai Tegak (Erect) 7. Semai Berdaun Sempit (Narrow Leaves) Jika kedua hal diatas telah dipenuhi maka potensi bibit sawit yang ditanam sudah baik artinya sudah memiliki potensi untuk berbuah banyak. Setelah diatanam penanaman maka syarat mutlak agar kebun sawit akan menghasilkan produksi yang banyak maka seleksi terhadap pohon jantan wajib dilakukan karena pohon jantan tidak akan menghasilkan buah jadi sebaiknya di tumbang.
3. Pemupukan Yang Benar Ini adalah kunci untuk mengeluarkan potensi benih kelapa sawit unggul yang sudah kita tanam. Agar potensi kelapa sawit keluar secara maksimal maka pemupukan harus dilakukan dengan benar adapun caranya sudah di tulis dalam tulisan sebelumnya yang berjudul konsep pemupukan kelapa sawit terbaik. Jadi anda harus melakukan pemupukan yang benar dengan konsep 4 T yaitu tepat dosis, tepat tempat, tepat cara dan tepat waktu
4. Pengendalian Gulma Untuk mendapatkan hasil maksimal dari pemupukan yang dilakukan maka wajib dilakukan pengendalian gulma kelas A dan B sedangkan kelas C dapat di biarkan. Pengendalian gulma yang benar di perkebunan kelapa sawit adalah dengan cara : 1. Piringan, pasar pikul dan TPH harus bebas dari semua jenis gulma 2. Gawangan : gulma yang dikendalikan adalah gulma kelas A dan B seperti : lalang, bambu, pisang, keladi, talas, anak kayu, pakis udang, pakis kawat, senduduk dan lain - lain Pengendalian gulma ini adalah sebagai syarat wajib agar pemupukan berhasil.
5. Panen yang Benar Jika ke empat tahapan diatas telah dilakukan maka di pokok kelapa sawit anda sudah terdapat buah yang sangat banyak jadi tinggal kita lakukan pemanenan yang benar karena jika salah maka pokok kelapa sawit akan rusak atau stress sehingga akan berpengaruh terhadap produksi. Panen kelapa sawit yang benar adalah dengan cara panen dengan rotasi teratur 8 sampai dengan 10 hari sekali tinggal anda sesuaikan dengan luas lahan anda tetapi dengan rotasi 10 hari sekali potensi produksi sudah lebih baik jika dibandingkan dengan 15 hari sekali karena jika rotasi panen semakin tinggi maka kehilangan produksi (losses) besar dalam bentuk brondolan tinggal dan buah over ripe (lewat matang) Setelah rotasi baik maka selanjutnya adalah mutu buah yang si panen jika anda memanen buah mentah maka sawit akan rusak karena stress. Jadi anda harus memanen buah matang dengan kriteria : a. Untuk areal datar : 1 brondolan/kg tandan buah segar sampai buah tersebut di TPH b. Untuk areal berbukit - bergunung: 1/2 brondolan/kg tandan buah segar sampai buah tersebut di TPH Jadi anda tidak boleh main - main dengan mutu buah tersebut jika ingin produksi sawit anda maksimal sebab jika anda memotong buah mentah maka kelapa sawit anda akan rusak. Setelah panen anda benar maka tahap selanjutnya untuk mendapatkan buah yang banyak maka anda di wajibkan untuk mengurangi kehilangan produksi yang seharusnya diraih. Kehilangan produksi dapat terjadi melalui :
a. panen buah mentah
b. brondolan tinggal di piringan, gawangan, tph, jalan, parit, di pokok dll
c. buah masak tinggal di pokok
d. buah masak tinggal di piringan dan gawangan
e. buah hilang atau di curi f. buah matahari Jadi anda harus menghindari hal ini agar semua potensi buah yang dihasilkan kelapa sawit anda tidak ada yang berkurang.
Artikel ini konsultasisawit buatkan karena kemarin ada yang berkonsultasi : bagaimana cara agar kelapa sawit berbuah banyak? Jadi supaya jawabannya dapat di mengerti semua orang maka akan kami jabarkan dalam posting berjudul cara agar kelapa sawit berbuah banyak ini. Nah .... Sekarang kita akan bahas bagaimana cara agar buah kelapa sawit banyak. Potensi kelapa sawit saat ini sangat baik. Seperti kalimat pembuka diatas bahwa kelapa sawit memiliki potensi yang cukup besar untuk berbuah banyak karena memiliki 24 sampai dengan 28 pelepah pertahun dan setiap pelepah memiliki potensi untuk menghasilkan bunga betina jadi potensi maksimal kelapa sawit adalah 24 sampai dengan 28 janjang pertahun. Cara agar potensi tersebut dapat dicapai adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan Bibit atau Benih Unggul Saat ini telah banyak benih unggul yang tersedia dengan potensi yang cukup besar jadi untuk mendapatkan buah kelapa sawit yang banyak maka anda wajib untuk menggunakan benih kelapa sawit yang unggul jika tidak maka harapan anda untuk memiliki kelapa sawit dengan buah yang banyak tidak akan pernah tercapai.
2. Seleksi Bibit Kelapa Sawit yang benar Untuk mendapatkan produksi kelapa sawit yang optimal maka anda harus melakukan yang namanya seleksi bibit sehingga semua bibit yang ditanam di kebun adalah bibit yang paling baik karena jika bibit tersebut tidak normal biasanya tidak akan menghasilkan produksi yang baik.\ Bibit kelapa sawit yang harus di seleksi adalah : 1. Bibit Kerdil 2. Bibit Abnormal 3. Bibit rolled leaf ( daun terpuntir) 4. Daun Semai Menggulung (Twisted Leaf) 5. Semai "Collante" 6. Semai Tegak (Erect) 7. Semai Berdaun Sempit (Narrow Leaves) Jika kedua hal diatas telah dipenuhi maka potensi bibit sawit yang ditanam sudah baik artinya sudah memiliki potensi untuk berbuah banyak. Setelah diatanam penanaman maka syarat mutlak agar kebun sawit akan menghasilkan produksi yang banyak maka seleksi terhadap pohon jantan wajib dilakukan karena pohon jantan tidak akan menghasilkan buah jadi sebaiknya di tumbang.
3. Pemupukan Yang Benar Ini adalah kunci untuk mengeluarkan potensi benih kelapa sawit unggul yang sudah kita tanam. Agar potensi kelapa sawit keluar secara maksimal maka pemupukan harus dilakukan dengan benar adapun caranya sudah di tulis dalam tulisan sebelumnya yang berjudul konsep pemupukan kelapa sawit terbaik. Jadi anda harus melakukan pemupukan yang benar dengan konsep 4 T yaitu tepat dosis, tepat tempat, tepat cara dan tepat waktu
4. Pengendalian Gulma Untuk mendapatkan hasil maksimal dari pemupukan yang dilakukan maka wajib dilakukan pengendalian gulma kelas A dan B sedangkan kelas C dapat di biarkan. Pengendalian gulma yang benar di perkebunan kelapa sawit adalah dengan cara : 1. Piringan, pasar pikul dan TPH harus bebas dari semua jenis gulma 2. Gawangan : gulma yang dikendalikan adalah gulma kelas A dan B seperti : lalang, bambu, pisang, keladi, talas, anak kayu, pakis udang, pakis kawat, senduduk dan lain - lain Pengendalian gulma ini adalah sebagai syarat wajib agar pemupukan berhasil.
5. Panen yang Benar Jika ke empat tahapan diatas telah dilakukan maka di pokok kelapa sawit anda sudah terdapat buah yang sangat banyak jadi tinggal kita lakukan pemanenan yang benar karena jika salah maka pokok kelapa sawit akan rusak atau stress sehingga akan berpengaruh terhadap produksi. Panen kelapa sawit yang benar adalah dengan cara panen dengan rotasi teratur 8 sampai dengan 10 hari sekali tinggal anda sesuaikan dengan luas lahan anda tetapi dengan rotasi 10 hari sekali potensi produksi sudah lebih baik jika dibandingkan dengan 15 hari sekali karena jika rotasi panen semakin tinggi maka kehilangan produksi (losses) besar dalam bentuk brondolan tinggal dan buah over ripe (lewat matang) Setelah rotasi baik maka selanjutnya adalah mutu buah yang si panen jika anda memanen buah mentah maka sawit akan rusak karena stress. Jadi anda harus memanen buah matang dengan kriteria : a. Untuk areal datar : 1 brondolan/kg tandan buah segar sampai buah tersebut di TPH b. Untuk areal berbukit - bergunung: 1/2 brondolan/kg tandan buah segar sampai buah tersebut di TPH Jadi anda tidak boleh main - main dengan mutu buah tersebut jika ingin produksi sawit anda maksimal sebab jika anda memotong buah mentah maka kelapa sawit anda akan rusak. Setelah panen anda benar maka tahap selanjutnya untuk mendapatkan buah yang banyak maka anda di wajibkan untuk mengurangi kehilangan produksi yang seharusnya diraih. Kehilangan produksi dapat terjadi melalui :
a. panen buah mentah
b. brondolan tinggal di piringan, gawangan, tph, jalan, parit, di pokok dll
c. buah masak tinggal di pokok
d. buah masak tinggal di piringan dan gawangan
e. buah hilang atau di curi f. buah matahari Jadi anda harus menghindari hal ini agar semua potensi buah yang dihasilkan kelapa sawit anda tidak ada yang berkurang.
INDUSTRI PUPUK
Upaya Menegakkan Tulang Punggung Pangan
Apa jadinya kalau pemerintah jadi menutup industri pupuk badan usaha milik Negara dan memilih mengimpor urea?
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Holding Company) Arifin Tasyrif, seminggu yang lalu, di Jakarta, mengatakan kalau kebijakan itu dijalankan, industri pupuk BUMN akan rugi. Petani memang akan mendapat pupuk murah. Anggaran subsidi bisa dihemat, tetapi itu sesaat.
Namun, buah pahit justru akan dialami saat ini. Petani bisa membeli pupuk dengan harga 500 dollar AS per ton, bahkan bisa 700 dollar AS. Itupun kalau ada barangnya.Harga pupuk yang terlampau mahal itu tidak akan sanggup dibeli petani. Untuk menyiasati itu, petani bakal mengurangi penggunaan pupuk atau tidak mau sama sekali. Produksi pangan seperti beras, jagung dan kedelai, bakal terganggu.
Berkaca dari pengalaman itu, industri pupuk ternyata menentukan bagi kelangsungan produksi pangan nasional. Bagaimana agar industri pupuk bisa semakin kokh menopang produksi pangan nasional?
Arifin mengatakan, tantangan industri pupuk sekarang dari Negara lain. Amerika Serikat membangun pabrik pupuk berbasil sel gas, dengan harga bahan baku hanya 2,8 dillar AS per juta metrik british trmal unit (MMBTU). China berbasis batubara dengan teknologi gasifikasi. Swasta giat berinvestasi di pupuk NPK. Bahkan pangsa pasr swasta di pasar pupuk komersial sekarang jauh lebih besar dari industri pupuk BUMN.
Di sisi lain, industri pupuk BUMN masih menghadapi tantangan soal kepastian bahan baku gas dalam jangka panjang. Ditengah persoalan itu, kebutuhan pupuk nasional terus meningkat. Pengembangan pangan skala luas (food estate) membutuhkan lebih banyak pupuk. Pasar pupuk komersial untuk subsektor perkebuna juga besar dan terus meningkat.
Dari aspek kinarja perusahaan, puhaknya menyubstitusi penggunaan gas. Yang tadinya kebutuhan energi mesin pabrik dipenuhi dari gas, sekarang dialihkan ke batubara. Perusahaan juga merevitalisasi lima pabrik lama. Usia tertua mesin pupuk sejak tahun 1974. Kalau mesin tua, untuk menghasilkan 1 ton urea perlu gas 34 MMBTU. Bandingkan dengan mesin baru yang hanya24 MMBTU. Dengan harga yang tinggi itu, harga jual pupuk Indonesia lebih mahal 60 dollar AS per ton.
Dengan perubahan status perusahaan dari induk operasional jadi induk investasi, pihaknya bisa melakukan penjualan bersama. Waktunya bersamaan sehingga mendapat harga jual lebih baik. Urea juga dikembangkan dalam satu kemasan.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Holding Company) Arifin Tasyrif, seminggu yang lalu, di Jakarta, mengatakan kalau kebijakan itu dijalankan, industri pupuk BUMN akan rugi. Petani memang akan mendapat pupuk murah. Anggaran subsidi bisa dihemat, tetapi itu sesaat.
Namun, buah pahit justru akan dialami saat ini. Petani bisa membeli pupuk dengan harga 500 dollar AS per ton, bahkan bisa 700 dollar AS. Itupun kalau ada barangnya.Harga pupuk yang terlampau mahal itu tidak akan sanggup dibeli petani. Untuk menyiasati itu, petani bakal mengurangi penggunaan pupuk atau tidak mau sama sekali. Produksi pangan seperti beras, jagung dan kedelai, bakal terganggu.
Berkaca dari pengalaman itu, industri pupuk ternyata menentukan bagi kelangsungan produksi pangan nasional. Bagaimana agar industri pupuk bisa semakin kokh menopang produksi pangan nasional?
Arifin mengatakan, tantangan industri pupuk sekarang dari Negara lain. Amerika Serikat membangun pabrik pupuk berbasil sel gas, dengan harga bahan baku hanya 2,8 dillar AS per juta metrik british trmal unit (MMBTU). China berbasis batubara dengan teknologi gasifikasi. Swasta giat berinvestasi di pupuk NPK. Bahkan pangsa pasr swasta di pasar pupuk komersial sekarang jauh lebih besar dari industri pupuk BUMN.
Di sisi lain, industri pupuk BUMN masih menghadapi tantangan soal kepastian bahan baku gas dalam jangka panjang. Ditengah persoalan itu, kebutuhan pupuk nasional terus meningkat. Pengembangan pangan skala luas (food estate) membutuhkan lebih banyak pupuk. Pasar pupuk komersial untuk subsektor perkebuna juga besar dan terus meningkat.
Dari aspek kinarja perusahaan, puhaknya menyubstitusi penggunaan gas. Yang tadinya kebutuhan energi mesin pabrik dipenuhi dari gas, sekarang dialihkan ke batubara. Perusahaan juga merevitalisasi lima pabrik lama. Usia tertua mesin pupuk sejak tahun 1974. Kalau mesin tua, untuk menghasilkan 1 ton urea perlu gas 34 MMBTU. Bandingkan dengan mesin baru yang hanya24 MMBTU. Dengan harga yang tinggi itu, harga jual pupuk Indonesia lebih mahal 60 dollar AS per ton.
Dengan perubahan status perusahaan dari induk operasional jadi induk investasi, pihaknya bisa melakukan penjualan bersama. Waktunya bersamaan sehingga mendapat harga jual lebih baik. Urea juga dikembangkan dalam satu kemasan.
KEGAGALAN INVESTASI SAWIT KARENA KETIDAKTAHUAN
Tidak banyak yang menyadari jika factor utama penyebab kegagalan investasi sawit adalah kurangnya pengetahuan pekebun. Tentu tidak mengejutkan, sejak terjadinya gairah mengembangkan sawit, saat ini banyak pemain baru dalam pengembangan sawit. Namun kesalahan terbesar adalah banyak orang yang beranggap hanya dengan menanam sawit maka uang yang mengiurkan akan segera masuk ke rekening Anda.
Ironisnya banyak yang mengalami kegagalan atau hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Mengapa?
Banyak sebab. Mulai dari “tanpa sadar “ menggunakan benih palsu. “Tanpa sadar” menanam di kebun tanpa tahu kondisi keasaman lahannya. Plus “tanpa sadar” sawit punya kebutuhan pupuk pada tingkat tertentu, jika terlalu banyak diberikan pupuk akan mengakibatkan pemborosan, kalau kurang berdampak pada produktivitas.
Ketidaksadaran-ketidaksadaran itu terjadi karena banyak orang terlalu terbawa emosi mengembangkan sawit tanpa sedikit bersabar melakukan investasi pengetahuan.Cluenya adalah Anda harus mau membayar mahal untuk mempersiapkan sesuatu untuk mendatangkan keuntungan.
Oleh sebab itu seorang pekebun wajib mengisi pikirannya dengan berbagai informasi, baik dari pelatihan, bertanya pada pakar, ikut seminar. Salah satu krusial yang pasti akan diperoleh seorang pekebun ketika ia dibekali pengetahuan sudah terlihat ketika dia akan membeli benih.
Benih mahal, benih perlu usaha untuk mendapatkan. “Benar”, itu adalah kondisi yang sebenarnya. Namun bagi orang yang well inform akan mengakui itu dan menyesuaikan diri karena ia menyadari bahwa perkebunannya akan memanjakan dirinya hingga 24 tahun. Maka ia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan benih dan bibit unggul dan tidak membiarkan dirinya untuk “tidak melakukan pengorbanan yang berarti” untuk memperoleh sesuatu yang berharga.
Oleh sebab itu cerdaskan berkebun sawit, dapat informasi teraktual dan silahkan menikmati keuntungan yang harusnya Anda peroleh. (30/05/2012)
SUMBER : FORUM PENGAWAS BENIH TANAMAN
Ironisnya banyak yang mengalami kegagalan atau hasil yang diperoleh tidak memuaskan. Mengapa?
Banyak sebab. Mulai dari “tanpa sadar “ menggunakan benih palsu. “Tanpa sadar” menanam di kebun tanpa tahu kondisi keasaman lahannya. Plus “tanpa sadar” sawit punya kebutuhan pupuk pada tingkat tertentu, jika terlalu banyak diberikan pupuk akan mengakibatkan pemborosan, kalau kurang berdampak pada produktivitas.
Ketidaksadaran-ketidaksadaran itu terjadi karena banyak orang terlalu terbawa emosi mengembangkan sawit tanpa sedikit bersabar melakukan investasi pengetahuan.Cluenya adalah Anda harus mau membayar mahal untuk mempersiapkan sesuatu untuk mendatangkan keuntungan.
Oleh sebab itu seorang pekebun wajib mengisi pikirannya dengan berbagai informasi, baik dari pelatihan, bertanya pada pakar, ikut seminar. Salah satu krusial yang pasti akan diperoleh seorang pekebun ketika ia dibekali pengetahuan sudah terlihat ketika dia akan membeli benih.
Benih mahal, benih perlu usaha untuk mendapatkan. “Benar”, itu adalah kondisi yang sebenarnya. Namun bagi orang yang well inform akan mengakui itu dan menyesuaikan diri karena ia menyadari bahwa perkebunannya akan memanjakan dirinya hingga 24 tahun. Maka ia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan benih dan bibit unggul dan tidak membiarkan dirinya untuk “tidak melakukan pengorbanan yang berarti” untuk memperoleh sesuatu yang berharga.
Oleh sebab itu cerdaskan berkebun sawit, dapat informasi teraktual dan silahkan menikmati keuntungan yang harusnya Anda peroleh. (30/05/2012)
SUMBER : FORUM PENGAWAS BENIH TANAMAN
ALIH FUNGSI PERTANIAN MENEKAN PRODUKSI PANGAN
JAKARTA (Pos Kota 29/05/2012)
Alih fungsi lahan pertanian dalam setahun ini sangat memprihatinkan. Karena jumlahnya mencapai 140 ribu hektar. Apalagi dampaknya mulai menurunkan produksi padi sebesar 1,64 persen pada 2011 dibanding 2010.
“Alih fungsi lahan saat ini secara nasional sudah dalam tingkat yang mengkhawatirkan” kata Menteri Pertanian Suswono kemarin.
Dikatakan, angka 140 hektar pertahun itu, sebenarnya masih dalam sebatas data. Dia yakin masih ada lahan kecil-kecilan yang luput dari perhatian, namun telah dikonversikan. “Jika alih fungsi ini terus berjalan maka akan mengancam lahan pertanian di Indonesia dan berimbas pada ketersediaan pangan nasional.”
Kondisi alih fungsi lahan yang paling memprihatinkan menurut Suswono terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Bali. Kebutuhan lahan untuk pemukiman dan industri di kawasan tersebut memang paling pesat perkembangannya.
Alih fungsi lahan pertanian dalam setahun ini sangat memprihatinkan. Karena jumlahnya mencapai 140 ribu hektar. Apalagi dampaknya mulai menurunkan produksi padi sebesar 1,64 persen pada 2011 dibanding 2010.
“Alih fungsi lahan saat ini secara nasional sudah dalam tingkat yang mengkhawatirkan” kata Menteri Pertanian Suswono kemarin.
Dikatakan, angka 140 hektar pertahun itu, sebenarnya masih dalam sebatas data. Dia yakin masih ada lahan kecil-kecilan yang luput dari perhatian, namun telah dikonversikan. “Jika alih fungsi ini terus berjalan maka akan mengancam lahan pertanian di Indonesia dan berimbas pada ketersediaan pangan nasional.”
Kondisi alih fungsi lahan yang paling memprihatinkan menurut Suswono terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Bali. Kebutuhan lahan untuk pemukiman dan industri di kawasan tersebut memang paling pesat perkembangannya.
Cara Mendapatkan Benih Sawit Unggul
Banyak pekebun sawit yang tidak mengetahui jika mendapatkan benih sawit tidak cash and carry, melainkan dalam tahapan-tahapan pemesanan. Adapun tahapan-tahapan memperoleh benih sawit bermutu dari sumber benih adalah sebagai berikut.
Calon pembeli mengajukan permintaan pembelian Kecambah Kelapa Sawit (KKS) ke Produsen. Produsen menjawab resmi permintaan pembelian dan menjelaskan kesanggupan waktu pengalokasian, syarat pembelian dan harga KKS. Calon pembeli mengajukan permohonan SP2B-KS (Surat Persetujuan Pembelian Benih-Kelapa Sawit) ke Dinas Perkebunan Tingkat I/Tingkat II di lokasi tanam calon pembeli. SP2B-KS resmi dari Disbun diserahkan ke Produsen beserta jawaban persetujuan atas rencana alokasi KKS.
Produsen mengeluarkan surat perjanjian jual beli KKS. Pembeli menandatangani surat perjanjian jual beli dan memenuhi persyaratan jual beli.
Pembeli dapat mengambil KKS di lokasi Produsen. Pembeli menerima Dokumen : Packing List, Berita Acara Serah Terima Barang & dokumen lainnya saat pengambilan KKS.
Calon pembeli mengajukan permintaan pembelian Kecambah Kelapa Sawit (KKS) ke Produsen. Produsen menjawab resmi permintaan pembelian dan menjelaskan kesanggupan waktu pengalokasian, syarat pembelian dan harga KKS. Calon pembeli mengajukan permohonan SP2B-KS (Surat Persetujuan Pembelian Benih-Kelapa Sawit) ke Dinas Perkebunan Tingkat I/Tingkat II di lokasi tanam calon pembeli. SP2B-KS resmi dari Disbun diserahkan ke Produsen beserta jawaban persetujuan atas rencana alokasi KKS.
Produsen mengeluarkan surat perjanjian jual beli KKS. Pembeli menandatangani surat perjanjian jual beli dan memenuhi persyaratan jual beli.
Pembeli dapat mengambil KKS di lokasi Produsen. Pembeli menerima Dokumen : Packing List, Berita Acara Serah Terima Barang & dokumen lainnya saat pengambilan KKS.
PEMUPUKAN BERIMBANG
Karena keterbatasan lahan yang bagus, maka lahan pasirpun sudah dilirik untuk ekspansi tanaman kelapa sawit. Faktor-faktor yang dijumpai di area pasir dalam pembudidayaan tanaman kelapa sawit adalah :
- Kandungan unsur hara yang RENDAHHampir semua unsur hara, baik makro-primer, makro-skunder maupun mikro sangat rendah kandungannya di tanah pasir. Sehingga, tanaman akan mengalami defisiensi berat bila dibudidayakan di area pasir. Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik dibutuhkan input yang sangat tinggi/mahal, baik dari pupuk (kuantitas) dan bahan organic ataupun soil conditioner lainnya.
- Koloidal Tanah Yang RENDAHFraksi tanah yang memiliki sifat koloidal adalah fraksi liat. Pasir, yang memiliki ukuran kasar, memiliki koloidal yang sangat rendah. Dengan nilai koloidal yang sangat rendah ini, maka tanah pasir memiliki kemampuannya untuk mempertukarkan kation/anion yang sangatlah rendah pula. Dengan kondisi seperti ini, pencucian unsur hara akan sangat tinggi. Pupuk yang diberikan, sebagian besar akan hilang tercuci setelah terurai menjadi ion-ion sebelum diserap akar tanaman.
- Pencucian Unsur HaraSeperti yang sudah disampaikan di point 2. Tanah pasir memiliki potensi pencucian unsur hara yang sangat tinggi karena kemampuannya dalam mengikat unsur hara (ion-ion) sangat rendah karena kandungan koloidalnya yang rendah. Dengan pencucian unsur hara yang tinggi ini, akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan.
- ErodibilitasTingkat tererosinya tanah pasir sangatlah tinggi, karena tidak adanya agregasi yang baik pada fraksi pasir. Dengan kondisi seperti ini, aplikasi pemupukan di permukaan akan sangat rendah efisiensinya bila dilakukan pada saat hujan.
- Produktivitas LahanProduksitivitas lahan pasir sudah pasti jauh lebih rendah dibandingkan dengan lahan mineral. Dengan segala macam keterbatasan dan input yang tinggi pada lahan pasir, ada satu pertanyaan yang perlu diajukan, apakah masih ekonomis untuk dikembangkan tanaman kelapa sawit ? Memang kajian secara seksama hingga saat ini masih belum dilakukan, namun potensi produksi dan input yang tinggi, sudah tentu akan sangat meminimkan efisiensi pendapatan di lahan pasir.